“ Kanda adipati
Karna sendiri hendak kemanakah gerangan , dengan membawa prajurit yang begitu
banyak ? , Tanya raden Harjuna dengan tatapan Tajam kearah adipati Karna.
Sang adipati
Karna menghela napas panjang. Matanya menatap jauh kedepan. Kosong dan tersirat
ada rasa kekecewaan diraut muka raja Awangga itu. “ Dimas …apa enaknya tinggal
di sebuah Negara yang tidak lagi bisa menegak hukum secara adil…juga apa
enaknya tinggal disebuah Negara dengan sejumlah peraturan yang hanya bisa
mengatur orang –orang kecil , sementara orang –orang besar seolah – olah kebal
akan hukum. Ini jelas sangat tidak enak dimas.”
“ Raden Harjuna
mengangguk –anggukkan kepala, sebagai tanda mengiyakan apa yang kini tengah
melanda negera Hastina Pura. “Kanda adipati …itu juga yang sebenarnya membuat
saya prihatin. Negara ini sudah tak seperti dulu lagi. Buktinya Hukum tak lagi jadi penguasa …harta ,
kekuasaan seperti kerbau liar tanpa pagar yang tak terkendali. Prabu Duryudana ,
tak pernah bisa merasakan derita rakyat di negeri ini…”
“ Kalau begitu
apa yang dimas rasakan sama dengan apa yang saya rasakan “
“Kanda tiap
orang yang masing punya hati Nurani . Dapat berpikir jernih. Memegang agama
pastinya bisa merasakan kondisi ini .Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika
dibiarkan begitu saja ,keadaan ini ibarat arus banjir , yang bisa menenggelamkan
siapa saja, baik orang yang bersalah atau pun mereka yang benar serta masih
punya nurani .Untuk itulah saya bermaksud menghadap Prabu Duryudana guna
mengingatkan, Prabu duryudana tentang pentingnya kembali memegang teguh hukum
dengan penegakkan seadil – adilnya tanpa pandang bulu. Tak peduli itu kerabat
atau bukan , sahabat atau bukan , pejabat atau bukan , istri atau bukan siapa
bersalah harus dihukum . Hingga roda pemerintahan di negeri ini dapat berjalan
lancar , tidak zig – zag seperti ini . “
“ Saya doakan
apa yang menjadi niatan dimas Harjuna akan jadi kenyataan .Tak sia – sia .
Masih ada waktu untuk membenahi kondisi Negara Hastina Pura .”
Seiring menteri
yang bergerak perlahan kearah barat . Serta suara –suara burung yang mulai tak terdengar
lagi, karena senja telah tiba. Adipati karna dan seratus prajurit yang mengiringnya,
bergerak perlahan meninggalkan raden Harjuna bersama para punakawannya.Tujuan
sang adaipati adalah lereng gunung Hargo Seto yang terletak disebelah utara
Negara Hastina Pura.
“ Gusti hendak
kemanakah sang adipati tadi, kok membawa perbekalan yang begitu lengkap di
sertai prajurit yang begitu banyak too..?, Tanya ki Lurah Petruk salah satu
punakawan kinasih raden Harjuna.
“ Kalau tidak
salah yang aku dengar petruk…”Jawab raden Harjuna…” kanda adipati Karna
bermaksud menyucikan diri, dengan bertapa di lereng gunung Hargo seto.
“ Ohhh gitu ya….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar