“ Masalah yang
nak mas sampaikan kepada sang prabu Duryudana tadi, pada hakekatnya adalah
masalah interen Hastina Pura.Dan kesimpulannya tidak selayaknya nak mas Harjuna
turut campur dalam Negara Hastina pura.” Ungkap mahapatih Sangkuni.
“ Sekali lagi
paman patih Sangkuni, alasan paman patih tidak masuk akal. Karena pada dasarnya
tahta Negara Hastina pura adalah milik Pandawa. Adapun kanda prabu Duryudana
saat ini menjadi raja Hastina pura hal itu hanya bersifat sementara. Sehingga jika
ada permasalahan apapun yang terjadi khususnya pada nasib para kawula Hastina
Pura , saya berhak turut campur dan cawe – cawe ,” Jawab raden Harjuna tanpa
ragu – ragu , dengan tatapan tajam kearah mahapatih sangkuni.
“ Jika boleh
saya turut bicara …,”
“ Yaa.. kakang
bagawan Durna, apa yang ingin kakang sampaikan. Mungkin bisa menanggapi apa
yang disampaikan Harjuna tadi ,” Sangkuni mencoba mempersilahkan guru besar
Negara Hastina pura untuk angkat bicara.
“ Sebagai
seorang Nujum dan guru di negeri Hastina pura ini , saya melihat dari kaca mata
keilmuan yang saya miliki , apa yang disampaikan Harjuna tadi memang tidak
salah. Memang diperlukan banyak pembenahan di negeri ini, supaya negeri Hastina
pura ini , makin hari makin baik serta makin sejahtera.” Begawan Durna mencoba
memberikan pandangannya, kaitannya dengan tuntutan dari raden Harjuna.
Suasana pendopo
Hastina Pura sejenak kembali hening ketika Begawan Durna, menyampaikan sejumlah
pandangan, juga pendapatnya kaitannya dengan kondisi Hastina Pura saat ini . Namun
tak berapa lama keheningan pecah saat , saat Dursasana , angkat bicara dengan
nada yang cukup lantang serta Berapi – api.
“ Kanda prabu
Duryudana, maaf - kan saya jika kali ini saya turut bicara.Utamanya menjawab
tuntutan keinginan serta kemauan dimas Harjuna.Terus terang apa yang dikatakan
dimas harjuna saya sangat tidak setuju. Ini saya anggap sebagai sebuah
kebohongan dan fitnah belaka .” Dursasana menatap Harjuna tajam, seolah –olah
ingin menolak habis – habisan apa yang disampaikan Harjuna.
Sejalan dengan
pemikiran Dursasana , dua kerabat Kurawa , Raden Citraksi dan burisrawa pun tak
sependapat dengan Keinginan Harjuna. Apalagi dalam tuntutan Harjuna terakhir
,sempat menyinggung –yinggung tahta Hastina Pura . Karena dalam benak citraksi
dan burisrawa jika tahta atau kerajaan Hastina Pura benar – benar berada di
genggaman Pandawa itu artinya malapetaka bagi semua kurawa. Kurawa akan
kehilangan kamulyan yang selama ini
dienyamnya. Tak ada lagi cerita hidup mewah dengan berbagai fasilitas , tak
kurang harta , tak kurang uang .
Raden Citraksi
bahkan berucap, “ Harjuna keinginanmu untuk meminta tahta Hastina pura dari
tangan kanda Prabu Duryudana , sampai kapanpun aku tak setuju. Langkahi dulu
mayat Citraksi…!”.